Jumat, 09 Desember 2011

Cinta Dan Persahabatan


Pagi hari saat aku terbangun tiba-tiba ada seseorang memanggil namaku. Aku melihat keluar.Hari  temanku  sudah menunggu diluar rumah dia mengajakku untuk bermain bulu tangkis.“Ayo kita bermain bulu tangkis ke lapangan.” ajaknya padaku. “Sekarang?” tanyaku dengan sedikit mengantuk. “Besok! Ya sekarang!” jawabnya dengan kesal.“Sebentar aku cuci muka dulu. Tunggu ya!”, “Iya tapi cepat ya” pintanya.Setelah aku cuci muka, kami pun berangkat ke lapangan yang tidak begitu jauh dari rumah,“Wah dingin ya.” kataku pada temanku. “Cuma begini aja dingin payah kamu.” jawabnya.Setelah sampai di lapangan ternyata sudah ramai. “Ramai sekali pulang aja males nih kalau ramai.” ajakku padanya. “Ah! Dasarnya kamu aja males ngajak pulang!”, “Kita ikut main saja dengan orang-orang disini.” paksanya. “Males ah! Kamu aja sana aku tunggu disini nanti aku nyusul.” jawabku malas. “Terserah kamu aja deh.” jawabnya sambil berlari kearah orang-orang yang sedang bermain bulu tangkis.“Nando!” seseorang teriak memanggil namaku. Aku langsung mencari siapa yang memanggilku. Tiba-tiba seorang gadis menghampiriku dengan tersenyum manis. Sepertinya aku mengenalnya. Setelah dia mendekat aku baru ingat. “Gita?” tanya dalam hati penuh keheranan. Gita adalah teman satu SMP denganku dulu, kami sudah tidak pernah bertemu lagi sejak kami lulus 3 tahun lalu.
Bukan hanya itu Gita juga pindah ke Bandung ikut orang tuanya yang bekerja disana. “Hai masih ingat aku nggak?” tanyanya padaku. “Gita kan?” tanyaku padanya. “Yup!” jawabnya sambil tersenyum padaku. Setelah kami ngobrol tentang kabarnya aku pun memanggil Hari. “Ri! Sini” panggilku pada Hari yang sedang asyik bermain bulu tangkis. “Apa lagi?” tanyanya padaku dengan malas.
“Ada yang dateng” jawabku. “Siapa?”tanyanya lagi, “Gita!” jawabku dengan sedikit teriak karena di lapangan sangat berisik. “Siapa? Nggak kedengeran!”. “Sini dulu aja pasti kamu seneng!”. Akhirnya Tirta pun datang menghampiri aku dan Gita. Dengan heran ia melihat kearah kami. Ketika ia sampai dia heran melihat Gita yang tiba-tiba menyapanya. “Gita?” tanyanya sedikit kaget melihat Gita yang sedikit berubah. “Kenapa kok tumben ke Jakarta? Kangen ya sama aku?” Tanya Hari pada Gita. “Ye GR! Dia tu kesini mau ketemu aku” jawabku sambil menatap wajah Gita yang sudah berbeda dari 3 tahun lalu. “Bukan aku kesini mau jenguk nenekku.” jawabnya. “Yah nggak kangen dong sama kita.” tanya Hari sedikit lemas.
“Ya kangen dong kalian kan sahabat ku.” jawabnya dengan senyumnya yang manis.Akhinya Gita  mengajak kami kerumah neneknya. Kami berdua langsung setuju dengan ajakan Gita. Ketika kami sampai di rumah Gita ada seorang anak laki-laki yang kira-kira masih berumur 5 tahun. “Gi, ini siapa?” tanyaku kepadanya. “Kamu lupa ya ini kan Doni! Adikku.” jawabnya. “Oh iya aku lupa! Sekarang udah besar ya.”. “Dasar pikun!” ejek Tirta padaku. “Emangnya kamu inget tadi?” tanyaku pada Hari. “Nggak sih!”  jawabnya malu. “Ye sama aja!”. “Biarin aja!”. “Udah-udah jangan pada ribut terus.” Gita keluar dari rumah membawa minuman. “Eh nanti sore kalian mau nganterin aku ke mall nggak?”  tanyanya pada kami berdua. “Kalau aku jelas mau dong! Kalau Hari tau!” jawabku tanpa pikir panjang. “Ye kalau buat Gita aja langsung mau, tapi kalau aku yang ajak susah banget.” ejek Hari padaku. “Maaf banget Ta, aku nggak bisa aku ada latihan nge-band.”  jawabnya kepada Gita.
“Oh gitu ya! Ya udah Nando nanti kamu kerumahku jam 4 sore ya!” kata Gita padaku. “Ok deh!” jawabku cepat.Saat yang aku tunggu udah dateng, setelah dandan biar bikin Gita terkesan dan pamit keorang tuaku aku langsung berangkat ke rumah nenek Gita. Sampai dirumah Gita aku mengetuk pintu dan mengucap salam ibu Gita pun keluar dan mempersilahkan aku masuk. “Eh Nando sini masuk dulu! Gitanya baru siap-siap.” kata beliau ramah. “Iya tante!” jawabku sambil masuk kedalam rumah. Ibu Gita tante Merry memang sudah kenal padaku karena aku memang sering main kerumah Gita. “Gita ini Nando udah dateng” panggil tante Merry kepada Gita. “Iya ma bentar lagi” teriak Gita dari kamarnya. Setelah selesai siap-siap Gita keluar dari kamar, aku terpesona melihatnya. “Udah siap ayo berangkat!” ajaknya padaku.Setelah pamit untuk pergi aku dan Gita pun langsung berangkat.
Dari tadi pandanganku tak pernah lepas dari Gita. “Nando kenapa? Kok dari tadi ngeliatin aku terus ada yang aneh?” tanyanya kepadaku. “Eh nggak apa-apa kok!”  jawabku kaget.Kami pun sampai di tempat tujuan. Kami naik ke lantai atas untuk mencari barang-barang yang diperlukan Gita. Setelah selesai mencari-cari barang yang diperlukan Gita kami pun memutuskan untuk langsung pulang kerumah.
Sampai dirumah Gita aku disuruh mampir oleh tante Merry. “Ayo Nando mampir dulu pasti capek kan?” ajak tante Merry padaku. “Ya tante.” jawabku pada tante Merry.Setelah waktu kurasa sudah malam aku meminta ijin pulang. Sampai dirumah aku langsung masuk kekamar untuk ganti baju. Setelah aku ganti baju aku makan malam.
“Kemana aja tadi sama Gita?” tanya ibuku padaku. “Dari jalan-jalan!” jawabku sambil melanjutkan makan. Selesai makan aku langsung menuju kekamar untuk tidur. Tetapi aku terus memikirkan Gita. Kayanya aku suka deh sama Gita. “Nggak! Nggak boleh.” bisikku dalam hati.Satu minggu berlalu, aku masih tetap kepikiran Bella terus. Akhirnya sore harinya Bella harus kembali ke Bandung lagi. Aku dan Hari datang kerumah Gita.
Akhirnya keluarga Gita siap untuk berangkat. Pada saat itu aku mengatakan kalau aku suka padaGita.“Git a aku suka kamu! Kamu mau nggak jadi pacarku” kataku gugup.“Maaf Nando aku nggak bisa !” jawabnya padaku. “Kita lebih baik Sahabatan kaya dulu lagi aja!”Aku memberinya hadiah kenang-kenangan untuknya sebuah Gelang. Dan akhirnya Gita dan keluarganya berangkat ke Bandung. Walaupun sedikit kecewa aku tetap merasa beruntung memiliki sahabat seperti Gita. Aku berharap persahabatan kami terus berjalan hingga nanti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar